KM Bali 1, Woja-Menjadi Profesi Guru bukanlah hal yang muda seperti pekerjaan yang dilakukan oleh kebanyakan orang sebab jadi guru harus benar benar profesional dibidangnya, kemajuan suatu daerah atau negara tergantung peran aktif guru dalam membangun generasi kedepan.
Karena itu guru harus mampu menguasai strategi pembelajaran, penilaian dan evaluasi kegiatan belajar mengajar siswa.
selain itu, guru juga harus mampu mengetahui sejumlah karakter siswa dalam proses pembelajaran dikelas. meskipun demikian, sesuai mekanisme guru harus proaktif serta memfasilitasi perkembangan mental siswa dalam mendidik, mengajarkan, membimbing, mencerdaskan anak bangsa supaya kelak bisa menjadi orang yang berguna bagi Agama, Bangsa, Dan Masyarakat.
Hal yang paling urgen adalah sesorang guru memahami situasi sosial dan bisa memberikan solusi atas persoalan yang muncul di tengah masyarakat, supaya kehidupan bisa harmonis dan cinta damai dalam kerukunan.
status sosial bukan tolak ukur untuk berkarya dan bekerja sebab manusia selalu aktif dalam mewujudkan keinginananya sehingga penentuan masa depan tergantung doa dan usaha yang tulus dalam meraih cita-cita.
demikian di tuturkan Rukayatu Zahra. Guru lulusan perguruan Tinggi di sulawesi selatan ini kepada Wartawan Koran Kampung Media Dompu Santu, (2/12) lalu di sela kegiatannya
Menjadi guru menurut Rukaya, bukan merupakan suatu hambatan untuk melakukan pekerjaan lain di sela-sela waktu mengajar, banyak hal yang harus di kerjakan untuk mengisi waktu luang misalnya bertani.
Wanita muda berusia 24 tahun ini tenyata juga berprofesi sebagai petani di ladang. Kegiatan ini digelutinya seusaienunaikan tugasnya sebagai seorang guru. ia bekerja membantu orang tua di lahan jagung miliknya.
Rukayatu Zahra S.Pd (24) yang mengajar bahasa inggris di salah satu sekolah swasta Mts Ash Siddik desa mumbu kecematan woja, di saat wartawan kampung media bali 1 dompu, sabtu (02/12/2017) berkunjung di lokasi lahan miliknya, ia menuturkan bahwa dirinya senang dapat mbantu meringankan pekerjaan orang tuanya diladang tanpa harus mengorbankan profesinya sebagai Guru di Sekolah,"saya senang membantu orang tua di lahan jagung tanpa mengganggu kewajiban saya sebagai guru", tuturnya
Meskipun statusnya masih sebagai guru honorer di sekolah tempatnya bekerja, Rukaya tetap semangat dalam melaksanakan kewajiban tanpa mengeluh dengan keadaan. Misalnya masalah gaji honor biasa di bayar sekitar Rp 600.000 pertiga bulan. Hal ini, tergantung pada waktu pencairan Dana Biaya Operasional Sekolah (BOS). Disamping itu juga wanita berkulit putih ini merasa senang bila di ajak kerja di lahan.
Lewat Media ini, Rukaya berpesan kepada rekan-rekannya sesama guru honorer, terkadang kita merasa bangga atas apa yang kita miliki namun itu semua hanyalah titipan Tuhan. "Kerjakan apa yang harus di kerjakan, sesungguhnya nilai maksimal yang di harapkan tergantung apa yang kita usahakan", demikian sebuah pesan Rukayatu Zahra.
Ini bisa di jadikan inspirasi bagi kita semua. (AS)
Posting Komentar