KM Bali 1, Dompu – Perhatian terhadap meninggalnya Irawan, seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Dusun Bolonduru, Desa Wawonduru, Kecamatan Woja, Kabupaten Dompu, NTB, turut menjadi sorotan Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Kuching, Malaysia. Irawan, yang lahir pada 1 Juli 1986, meninggal pada 20 September 2024 di Miri, Serawak, Malaysia.
Dalam Surat Keterangan bernomor KCH/0132/K/SKK/0924, tertanggal 25 September 2024, pihak KJRI menyampaikan bahwa penyebab kematian Irawan tidak diketahui secara pasti, karena pihak keluarga tidak memberikan izin untuk dilakukan otopsi. Irawan diketahui bekerja di Perusahaan Woodman Kuala Baram Estate SDN BHD, meskipun secara non-prosedural.
Proses pemulangan jenazah Irawan telah diatur dengan rute perjalanan yang melibatkan transportasi darat dan udara. Jenazah diberangkatkan dari Miri pada 26 September 2024 menggunakan ambulans menuju perbatasan Tebedu, kemudian diteruskan ke Entikong, Indonesia. Dari Entikong, jenazah menuju Pontianak pada 27 September 2024, dan kemudian diterbangkan ke Jakarta dengan penerbangan Super Air Jet IU0699. Setibanya di Jakarta, jenazah dijadwalkan terbang ke Mataram pada 28 September 2024, sebelum akhirnya diantar ke rumah duka di Dompu melalui jalur darat.
Dalam surat tersebut juga dijelaskan bahwa pemulangan jenazah difasilitasi oleh dua perusahaan jasa pemakaman, yaitu Forever Life Casket Enterprise dan Kang 24 Hours Funeral Service, dengan kontak person masing-masing di Malaysia.
Pihak keluarga di Indonesia yang dapat dihubungi adalah Gunawan, dan beberapa dokumen terkait kepergian almarhum turut disertakan, seperti salinan paspor, laporan kepolisian dari Lutong, surat izin ekspor jenazah, serta surat kematian dari otoritas kesehatan Malaysia di Miri.
KJRI Kuching meminta agar instansi terkait di Malaysia dan Indonesia memfasilitasi kelancaran proses pemulangan jenazah hingga sampai ke kediaman keluarga di Dompu. Surat keterangan tersebut ditandatangani oleh Yasfitha F. Muthias, selaku Konsul atas nama Kepala Perwakilan Indonesia.
Tragedi ini kembali membuka mata akan risiko yang dihadapi para pekerja migran yang sering kali bekerja dalam kondisi yang tidak ideal, namun tetap menjalani tugasnya demi menghidupi keluarga di kampung halaman.[Oz]
Posting Komentar