Anak-anak Kampung Bali 1 yang masih memelihara tradisi Obor
KM Bali 1-Meski terlambat, namun peristiwa ini penting untuk saya posting diblog ini. Yakni suatu tradisi yang menurut saya sudah hidup sejak jaman –jaman awal berkembangnya Islam ditanah Nggahi Rawi Pahu. Tradisi ini biasa muncul atau dilakukan masyarakat asli Suku “DOMPO” (nama suku untuk masyarakat asli Dompu), dan dilakukan disetiap Bulan Romadhan atau tepatnya pada tanggal 28 Ramadhan atau pada waktu 3 hari sebelum Hari raya idul Fitri.
Tradisi masyarakat Dompu yang saya maksud adalah tradisi Membakar Obor yang dilakukan di halaman rumah atau oleh anak-anak umuran SD atau SMP. Waktu saya duduk di bangku Sekolah Dasar, saya masih ingat betul bagaimana kemeriahan dan betapa terangnya Perkampungan pada saat momen tradisi ini berlangsung. Tentu saja sangat terlihat bedanya pada hari-hari biasa yang begitu gelap dan harus menggunakan senter jika ingin berkunjung ke rumah tetangga karena saking gelapnya. Maklum, saat saya masih kecil, hanya 1 atau dua tumah saja yang mampu atau yang sadar untuk menggunakan lampu bertenaga listrik saat itu.
Jadi, bisa dibayangkan bagaimana bedanya saat hari–hari bulan ramadhan sebelum tradisi ini berlangsung dengan malam pada saat tradisi ini berlangsung. Pada pagi hari sebelumnya, anak-anak sibuk pergi kekebun secara berkelompok-kelompok untuk mengambil bambu. Setelah bamboo dibawa pulang ke rumah, bamboo-bambu tersebut kemudian dibuat menjadi Obor. Aktifitas ini tidak hanya dilakukan oleh anak-anak tetapi juga orang dewasa.
Bagi anak-anak, obor kemudian dibakar dan digunakan untuk berkeliling kampung secara bergerombolan. Sedangkan bagi yang dewasa hanya digunakan untuk menghias penerangan dihalaman rumah saja.
Memang, sepengetahuan saya belum ada referensi yang jelas tentang kapan tradisi ini pertama kali muncul di tengah-tengah masyarakat Suku DOMPO ini. Selain itu, belum ada budayawan Dompu yang meneliti tentang tradisi yang ternyata hamper punah ini. Menurut pemantauan terakhir KM Bali 1 di beberapa tempat di kecamatan Dompu dan Woja, kami hanya menemukan sedikit saja anak-anak atau masyarakat yang menghidupkan tradisi ini di Bulan Ramadhan.
Tanpa bermaksud menggurui atau Sok Tahu, asumsi saya mengatakan, tradisi ini sudah hidup sejak masa-masa awal perkembangan islam di Dompu. Pada saat itu, bulan ramadhan merupakan bulan yang ditunggu-tunggu oleh umat islam. Karena pada saat itu, masyarakat Dompu akam mengundang para kaum kerabatnya maupun juga para tetangga masing-masing untuk berbuka bersama dirumahnya. Aktifitas saling mengundang ini terus dilakukan hingga mencapai puncaknya pada tanggal 28 Ramadhan atau pada saat Tradisi Obor ini.
Nah, anak-anak yang membawa obor sangat ramai di jalan-jalan perkampungan sehingga para warga yang bersilaturahmi di tetangga masing-masing akan lebih mudah menyusuri jalan-jalan kampong tersebut menuju rumah tetangganya sesama warga kampung. Ditambah lagi rumah-rumah pada saat tradisi obor ini, mudah untuk dikenali karena halamannya terlihat terang.
Namun sayangnya, tradisi ini sudah hamper hilang. Di Kampung Bali 1 saja, kami hanya mendapatkan beberapa orang anak-anak saja yang sedang berkeliling kampong sambil membawa obor. Sedangkan pada kampong lain yang kami pantau, seperti Kampung Rasa Nggaro Desa Matua yang notabebe jauh dari kota tidak kami temui satupun anak yang membawa obor berkeliling kampong. Entah karena jananan kampong sekarang sudah terang semua atau karena ditambah hilangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menghidupkan tradisi ini ditengah masyarakat. Wallahu Alam Bissawab.[Ozyra]

Posting Komentar

 
Top