Bismillah..
Salam sejah terah untuk kita semua..
Alhamdulillah atas rahmat Tuhan yang maha Esa, rahmat iman,rahmat kesehatan, rahmat hidup dalam kehidupan..

Untuk mengawali diskusi kita pada kesempatan yang berbahagia ini saya  mengutip dari salah satu artikel yang dirilis oleh Nasional Museum of Health and Medicine tentang sejarah pandemic yang kurang lebih mirip seperti kasus wabah corona virus yang sementara menggegerkan dunia hari ini..

Pada tahun 1918 dunia diguncang oleh serangan virus influenza yang membunuh jutaan orang. Virus ini lebih dikenal sebagai Flu Spanyol bahkan seorang virologis amerika Jeffery Taubenberger menyebut flu spanyol ini sebagai the mather of all pandemics.
Asal mula virus inipun masih diperdebatkan ada yang mengatakan asal virus ini dari america, ada pula yang menyebutkan virus ini berasal dari swidia atau rusia lalu menyebar ke tiongkok, jepang, dan asia tenggara tidak luput jg indonesia yang saat itu masih bernama Hindia Belanda..
Jadi kalo melihat berita diatas mirip-mirip sperti virus corona sekarang yang diperdebatkan asal mulanya, oleh Amerika menyebutnya dari cina sedang cina menyebutnya dari amerika😁, maka jangan heran ketika hal-hal biologis semacam ini dibukus secara politis..
Kembali ke flu spanyol tadi, korbanyapun cukup mencengangkan, kurang lebih 60% dari total populasi dunia terjangkit virus ini, jumlah korban tewas ada yang bilang mencapai 21 jt jiwa oleh yang lainnya menyebutkan jumlah korban tewas mencapai 50-100 jt jiwa..
Kerenya virus ini punya potensi besar menewaskan semua kalangan usia mulai dari balita sampai lansia..
Bahkan tercatat virus ini bersamaan dengan berlangsungnya perang dunia I. Bisa dibayangkan bagaimana wajah dunia saat itu ketika negara negara adidaya saling serang kemudian muncul virus ini yang melemahkan semua kekuatan perang..
Menarikanya lagi korban tewas akibat flu spanyol ini mengalahkan korban tewas akibat perang dunia I yang berkisar 9,2 sampai 15,9 jt jiwa..
Bandingkan saja dengan korban corona virus sekarang, tercatat hanya 4.444.670 korban positif dan yang tewas hanya 302.493 org sejak 15 mei 2020, masih jauh dari kata banyak jika dibandingkan dgn korban flu spanyol, sedang diindonesia hanya 16.496 org positif dengan korban tewas berkisar 1.076 org.
Maka patut bagi kita berasyukur atas apa yang menimpa kita:
1.thn 1918 negara kita menghadapi pandemi dalam kondisi negara masih dalam jakahan sedang sekarang dalam kondisi merdeka
2. Korbannyapun tdk tidak sebanding dengan korban flu spanyo pad thn 1918 dtambah lagi dangan kondisi dunia sedang gentingnya menghadapi perang dunia I 
3. Secara finansial dan kemajuan teknologi kesehatan sekarang jauh lebih baik daripada thn 1918 dalam menghadapi pandemi..
Maka STOP PANIC, berhenti mengkambing hitamkan siapa dalang dibalik pandemi ini, toh sekaliapun benar atau salah wabah corona virus ini adalah senjata biologis dalam teori konspirasi tidak akan berpengaruh apapun kepada kita, yang pasti corona virus nyata adanya dan perlu bagi kita untuk menjaga diri agar tidak terpapar corona virus ini..

Lantas bagaimana pengarus wabah corona virus ini secara ekonomi politik?
Mengacu pada UU karantina kesehatan no 6 tahun 2018, pemerintah kemudian mengambil langkah politis yang kemudian kita kenal sebagai Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Lahirnya keputusan ini mebuka ruang lebar bagi para oposisi dan petahana untuk mendongkrak pamor masing-masing, hampir semua element penangan covid 19 diputuskan secara politis dan dikritikpun dengan penuh intrik politik..
Tak kalah menariknya di sektor ekonomi ketika dilansir dari CNN Indonesia virus ini memgakibatkan PHK besar-besaran, oleh kementrian ketenaga kerjaan menyebut jumlahnya mencapai 2,8 jt oarang per april lalu bahkan oleh wakil ketua umum kamar dagang indonesia (kadin)bidang UMKM Suryani Motik menyebutkan angka PHK akibat corona virus mancapai 15 jt orang..

Saya menyebutnya,  bahwa virus corona menumbulkan ketegangan antara dua mazhab besar yakni "Mazhab Ekonomi dan Mazhab Kesehatan"😁
Yang satu mengaharapkan PSBB dilonggarkan sementara yang satunya lagi ingin PSBB diperketat, yang satunya membawa data statistik korban PHK yang satunya lagi bawa data Satatistik korban positif corona.
Mungki terkesan lucu tapi secara sadar atau tidak kita berpihak pada salah satu mazhab ini😁

Lantas langkah strategis apa yang bisa diperankan  oleh angkatan muda kita dalam menjaga ini semua?

Kita sadari bahwa banyak diantara kita angkatan muda yang tidak peduli terhadap pandemi ini, tapi saya juga masih percaya bahwa tidak sedikit diantara kita yang masih peduli pada tanah kita tercinta Indonesia dari ancaman pandemi yang sedang melanda dunia ini..
 Secara garis besar saya mencatat ada tiga point penting bagi kita angkatan muda dalam mengambil langkah strategis untuk melewati pandemi ini:

1. Angkatan muda harus mampu berpikir (tidak dalam artian proses kerja akal dalam teori kerangka berpikir ilmiah) yang mengacu pada teori psikologi analitik Carl Gustav Jung yang mendahulukan analisa, solusi ketimbang saling menilai kinerja, menghakimi kesalahan dan mengutuk kekuasaan.

2. Angkatan muda harus mampu merealisasikan Cinta Tanah Air.
Kita terlalu sering bahkan sampai bosan telinga ini mendengar NKRI harga mati tp disisi lain kita hanya bisa saling menyalahkan yang hanya berujung konflik.
Sesekali mungkin sekarang saatnya negara menagih dari terikan kita "NKRI Harga Mati" itu dalam bentuk tindakan nyata yang memberi manfaat dalam penanganan wabah yg melanda negri ini..

3. Membangun dan menyebarkan kesadaran kolektif pada masyarakat luas bahwa pandemi ini tidak bisa terselesaikan hanya dengan menunggu kebijakan politis dari pemerintah, sudah saatnya kita sadar bahwa pandemi ini harus diselesaikan secara barsama, setiap kelas masyarakat terlibat, yang kuat membantu yang lemah dan itu harus dimulai dari angkatan muda sebagai motor penggerak peradaban..

Saya kira ini sebagai pengantar diskusi kita pada kesempatan kali ini..
Saya sdh berusaha mempersingkat sesingkat-singkatnya dan semoga bisa dipahami bersama 
Wassalam..***
***ULUL ALBAB, SH; Penulis adalah Mantan Sekretaris Umum Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Universitas Muhammadiyah Makassar. 

Posting Komentar

 
Top